Hadapi Krisis Ekonomi, Wajib Hemat untuk Bertahan!

Avatar
Hadapi Krisis Ekonomi, Wajib Hemat untuk Bertahan!

Press Spotlight, Jakarta – Lima bulan terakhir, perekonomian Indonesia berada dalam tekanan deflasi, yang dipicu oleh penurunan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah.

Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk mulai lebih cermat dalam mengelola keuangan dan menahan diri dalam pengeluaran sehari-hari.

Sejak dua tahun terakhir, banyak keluarga kelas menengah sudah terpaksa “makan tabungan” untuk bertahan hidup.

Tak hanya kelas menengah, kalangan kelas menengah atas pun mulai merasakan dampak dari perlambatan ekonomi ini.

Mereka yang biasanya mampu mengelola keuangan dengan baik, kini mulai menunggak cicilan, baik itu cicilan rumah, mobil, hingga pajak kendaraan.

Fenomena ini diperparah dengan melonjaknya kasus gagal bayar cicilan kendaraan.

Perusahaan leasing mulai mengeluhkan banyaknya nasabah yang menunggak, dan pemerintah daerah pun gencar menawarkan program pemutihan pajak kendaraan untuk meringankan beban masyarakat yang menunggak pembayaran pajak.

Gelombang Penutupan Usaha dan PHK

Sementara itu, berbagai unit usaha di pusat dan daerah, terutama di pusat perbelanjaan, mulai gulung tikar.

Banyak tenant di mal-mal tidak memperpanjang kontrak mereka karena penurunan pendapatan yang signifikan.

Hal ini menjadi sinyal bahwa banyak pekerja tidak tetap dan pelaku bisnis skala kecil tidak mampu bertahan di tengah situasi ini.

Tidak heran jika media massa dan media sosial dipenuhi berita mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK).

Bahkan, beberapa perusahaan besar telah mengumumkan akan melakukan PHK ribuan karyawan.

Situasi ini mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian serius dari pemerintah untuk menemukan solusi yang efektif.

Pentingnya Berhemat di Tengah Krisis

Di tengah kondisi sulit ini, masyarakat, terutama kelas menengah dan bawah, harus lebih disiplin dalam mengelola keuangan.

“Berhemat” menjadi kata kunci untuk bertahan.

Penting bagi setiap keluarga untuk membatasi pengeluaran dan mengutamakan kebutuhan pokok.

Belanja harus dilakukan secara cermat, menghindari pembelian emosional yang hanya akan memperburuk situasi keuangan di kemudian hari.

Berhemat tidak hanya tugas bagi ibu rumah tangga, tetapi juga bagi kepala keluarga.

Memilih barang yang harganya lebih murah tanpa mengorbankan kualitas, berburu diskon, dan memanfaatkan pasar murah yang diadakan pemerintah adalah beberapa langkah yang bisa diambil.

Selain itu, perlu kebijaksanaan dalam memanfaatkan layanan kredit seperti pinjaman online, yang justru dapat menambah beban keuangan jika tidak dikelola dengan baik.

Berhemat vs Trade-off

Namun, di tengah upaya berhemat, masyarakat sering kali dihadapkan pada dilema.

Membeli barang dalam jumlah kecil untuk menghemat pengeluaran justru terkadang lebih mahal dibandingkan membeli dalam jumlah besar.

Hal ini membuat masyarakat berpenghasilan rendah harus membayar lebih untuk kebutuhan sehari-hari.

Sebaliknya, mereka yang mampu membeli dalam jumlah besar mendapatkan harga lebih murah, menciptakan ketimpangan yang semakin dalam di kalangan masyarakat.

Bagaimana Menghadapi Kondisi Ini?

Kunci untuk menghadapi kondisi ekonomi yang sulit adalah mengatur keuangan dengan bijak. Pastikan setiap pengeluaran direncanakan dengan matang agar kebutuhan pokok tetap terpenuhi tanpa harus berutang.

Selain itu, pelaku usaha juga diharapkan untuk memberikan keringanan bagi konsumen yang kesulitan membayar cicilan, daripada bertindak represif.

Solidaritas sosial menjadi sangat penting dalam masa-masa seperti ini.

Terakhir, selalu ingat untuk berdoa agar diberi kelancaran rezeki dan tetap berpikir positif bahwa badai ekonomi ini akan berlalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *