Stimulus Ekonomi China: Peluang dan Tantangan di Tengah Penurunan Pertumbuhan

Avatar
Menteri Keuangan China Lan Foan berbicara dalam pengarahan terbaru di Beijing, Sabtu, 12 Oktober 2024. Pemerintah China sedang menjajaki opsi tambahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, namun, belum mengumumkan rencana stimulus besar yang dinanti oleh para investor dan analis pasar.

Beijing, Press Spotlight — Pemerintah China tengah mencari langkah tambahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tengah melemah.

Menteri Keuangan China, Lan Fo’an, menyatakan hal ini dalam konferensi pers yang digelar pada Sabtu (12/10/2024).

Meskipun harapan akan rencana stimulus besar masih mengemuka, Lan belum mengumumkan detail mengenai kebijakan tersebut.

Menurut Lan, masih ada ruang dalam anggaran negara untuk memperbesar defisit dan meningkatkan utang jika diperlukan.

Namun, ia belum menjelaskan secara rinci kebijakan yang sedang dipertimbangkan.

“Ada kebijakan lain yang sedang dibahas dan masih dalam proses,” ungkapnya.

Survei terbaru menunjukkan bahwa perekonomian China mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir, dengan pesanan baru di sektor manufaktur mencatat penurunan tercepat dalam dua tahun pada bulan September, berdasarkan data dari indeks Caixin.

“Kondisi operasional di sektor manufaktur China memburuk pada September setelah perbaikan di Agustus,” imbuh laporan tersebut.

Selain itu, perusahaan-perusahaan mulai mengurangi perekrutan dan aktivitas pembelian bahan baku.

Meskipun survei resmi dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan penurunan yang lebih ringan, indeks pembelian (PMI) tetap berada di bawah angka 50 yang menunjukkan kontraksi, yakni di angka 49,8 pada September, meski ada sedikit peningkatan dari 49,1 di Agustus.

Pada akhir September, pemerintah melanjutkan langkah-langkah untuk mendukung industri properti dan memulihkan pasar keuangan yang lesu.

Bank sentral China mengumumkan penurunan suku bunga hipotek untuk pinjaman rumah yang ada sebelum 31 Oktober.

Kota-kota besar seperti Guangzhou bahkan menghapus semua pembatasan pembelian rumah.

Namun, sektor properti menghadapi tantangan serius akibat pengawasan ketat terhadap utang.

Harga properti yang terus menurun berdampak luas pada perekonomian, mempengaruhi industri terkait seperti produsen peralatan rumah tangga dan bahan bangunan.

Meskipun perekonomian China mencatat pertumbuhan 4,7% di kuartal terakhir, di bawah target pemerintah yang sebesar 5%, banyak perusahaan mengurangi perekrutan dan gaji, sementara kepercayaan konsumen di sektor properti juga menurun.

Langkah-langkah yang diambil pemerintah, termasuk menaikkan usia pensiun dan menawarkan subsidi bagi masyarakat, masih belum cukup untuk memicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Pasar saham China sempat mengalami kenaikan setelah pengumuman langkah-langkah untuk mendukung sektor properti, tetapi kekhawatiran akan keberlanjutan pemulihan tetap membayangi.

Investor berharap akan adanya paket stimulus besar hingga 2 triliun yuan ($280 miliar), namun harapan ini belum terwujud.

Sebagai respons, Menteri Keuangan Lan Fo’an menyatakan bahwa pemerintah akan menerapkan paket langkah-langkah bertahap untuk mempercepat kebijakan yang ada.

Langkah-langkah ini termasuk peningkatan beasiswa untuk mahasiswa, penerbitan obligasi untuk membantu bank-bank besar, serta memberikan dukungan kepada pemerintah daerah yang menghadapi utang tinggi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *